PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
Laporan Ini Diajukan Sebagai
Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Program
Pendidikan Diploma III Fisioterapi
Oleh :
SAMUEL
NIM 09.3.025
AKADEMI
FISIOTERAPI
WIDYA HUSADA
SEMARANG
2012
BAB I
PATOLOGI
PATOLOGI
A. Definisi
PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis)
didefinisikan sebagai penyakit yang dikarakterisir oleh adanya obstruksi
saluran pernafasan yang tidak reversibel sepenuhnya. Sumbatan aliran udara ini
umumnya bersifat progresif dan berkaitan dengan respon inflamasi abnormal paru-paru terhadap partikel atau gas yang
berbahaya (WHO,2006)
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit
paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi
terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit
yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan PPOK adalah : Bronchitis
kronis, emfisema paru-paru dan asthma bronchiale. (Smeltzer 2001)
B. Etiologi
Ada beberapa faktor risiko utama
berkembangnya penyakit ini, yang dibedakan menjadi faktor paparan lingkungan
dan faktor host. Beberapa faktor
paparan lingkungan antara lain adalah:
1. Merokok
Merokok merupakan penyebab utama
terjadinya PPOK, dengan resiko 30 kali lebih besar pada perokok dibanding
dengan bukan perokok, dan merupakan penyebab dari 85-90% kasus PPOK. Kurang
lebih 15-20% perokok akan mengalami PPOK. Kematian akibat PPOK terkait dengan
banyaknya rokok yang dihisap, umur mulai merokok, dan status merokok yang
terakhir saat PPOK berkembang. Namun demikian, tidak semua penderita PPOK
adalah perokok. 10% orang yang tidak merokok juga mungkin menderita PPOK.
Perokok pasif (tidak merokok tetapi sering terkena asap rokok) juga berisiko
menderita PPOK.
2. Pekerjaan
Para pekerja tambang emas atau batu
bara, industri gelas dan keramik yang terpapar debu silika, atau pekerja yang
terpapar debu katun, debu gandum, dan debu asbes, mempunyai risiko yang lebih
besar daripada yang bekerja di tempat selain yang disebutkan di atas.
3. Polusi udara
Pasien yang mempunyai gangguan paru akan semakin memburuk
gejalanya dengan adanya polusi udara. Polusi ini bisa berasal dari asap dapur,
asap pabrik, dll.
Sedangkan
risiko yang berasal dari host/pasiennya
antara lain adalah:
1. Usia
Semakin bertambah usia semakin besar
risiko menderita PPOK. Pada pasien yang didiagnosa PPOK sebelum usia 40 tahun,
kemungkinan besar dia menderita gangguan genetik berupa defisiensi α1 antitripsin.
Namun kejadian ini hanya dialami < 1% pasien PPOK.
2. Jenis kelamin
Laki-laki lebih berisiko terkena PPOK
daripada wanita, mungkin ini terkait dengan kebiasaan merokok pada pria. Namun
ada kecenderungan peningkatan prevalensi
PPOK pada wanita karena meningkatnya jumlah wanita yang merokok.
3. Adanya gangguan fungsi paru
Adanya gangguan fungsi paru-paru
merupakan faktor risiko terjadinya PPOK, misalnya defisiensi Immunoglobulin A
(IgA/hypogammaglobulin) atau infeksi pada masa kanak-kanak seperti TBC dan bronkiektasis. Individu dengan gangguan
fungsi paru-paru mengalami penurunan fungsi paru-parulebih besar sejalan dengan
waktu daripada yang fungsi parunya normal, sehingga lebih berisiko terhadap
berkembangnya PPOK. Termasuk di dalamnya adalah orang yang pertumbuhan parunya
tidak normal karena lahir dengan berat badan rendah, ia memiliki risiko lebih
besar untuk mengalami PPOK.
C.
Patofisiologi
Penyempitan
saluran pernafasan terjadi pada bronkitis kronik maupun pada emfisema paru.
Bila sudah timbul gejala sesak, biasanya sudah dapat dibuktikan adanya
tanda-tanda obstruksi. Pada bronkitis kronik sesak nafas terutama disebabkan
karena perubahan pada saluran pernafaasan kecil, yang diameternya kurang dari 2
mm, menjadi lebih sempit, berkelok-kelok dan kadang terjadi obliterasai.
Penyempitan lumen
terjadi juga oleh metaplasia sel goblet. Saluran pernafasan besar juga berubah.
Timbul terutama karena hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus, sehingga
saluran pernafasan lebih menyempit. Pada orang normal sewaktu terjadi ekspirasi
maksimal, tekanan yang menarik jaringan paru akan berkurang, sehingga
saluran-saluran pernafasan bagian bawah paru akan tertutup. Pada penderita
emfisema paru dan bronchitis kronik, saluran-saluran pernafasan tersebut akan
lebih cepat dan lebih banyak tertutup. Akibat cepatnya saluran pernafasan menutup
serta dinding alveoli yang rusak, akan menyebabkan ventilasi dan perfusi yang
tidak seimbang. Tergantung dari kerusakannya, dapat terjadi alveoli dengan
ventilasi kurang/ tidak ada, akan tetapi perfusi baik. sehingga penyebaran
udara pernafasan maupun aliran darah alveoli, tidak sama dan merata. Timbul
hipoksia dan sesak nafas. Lebih jauh lagi hipoksia alveoli menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah paru dan polisitemia. terjadi HT pulmonal, yang
dalam jangka lama dapat timbulkan kor pulmonal.
D. Manifestasi klinis
1. Batuk produktif
Batuk produktif ini disebabkan oleh
inflamasi dan produksi mukusyang berlebihan di saluran nafas.
2. Dispnea
Terjadi secara bertahap dan biasanya
disadari saat beraktivitas fisik. Berhubungan dengan menurunnya fungsi paru-paru dan tidak selalu berhubungan dengan rendahnya kadar oksigen di
udara.
3. Batuk kronik
Batuk kronis umumnya diawali dengan
batuk yang hanya terjadi pada pagi hari saja kemudian berkembang menjadi batuk yang terjadi sepanjanghari. Batuk biasanya dengan pengeluaran sputum dalam jumlah kecil(<60ml/hari) dan sputum biasanya jernih atau
keputihan. Produksi
sputum berkurang ketika pasien berhenti merokok
(GOLD,2005)
4. Mengi, Terjadi karena obstruksi saluran nafas
5. Berkurangnya berat badan
Pasien dengan PPOM yang parah
membutuhkan kalori yang lebih besar hanya untuk bernapas saja. Selain itu pasien juga mengalamikesulitan bernafas pada saat makan sehingga nafsu makan berkurangdan pasien tidak mendapat asupan
kalori yang cukup untuk mengganti kalori yang terpakai.Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya berat badan pasien.
6. Edema pada tubuh bagian bawah
Pada kasus CPOD yang
parah, tekanan arteri pulmonary meningkatdan ventrikel kanan tidak berkontraksi dengan baik. Ketika jantung
tidak mampu
memompa cukup darah ke ginjal dan hati akan timbul edema padakaki, kaki bagian bawah, dan telapak kaki. Kondisi ini juga dapatmenyebabkan edema pada hati atau terjadinya penimbunan cairan pada abdomen (acites)
E.
Problematika Fisioterapi
Permasalahan fisioterapi pada pasien ini
adalah sebagai berikut :
1.Adanya sesak nafas
2.Adanya batuk dengan sputum yang sulit keluar
3.Spasme otot- otot bantu pernafasan
4.Penurunan ekspansi sangkar Thorak
5.Penurunan toleransi aktifitas
BAB II
LAPORAN
PELAKSANAAN PRAKTEK KOMPREHENSIF
A. Keterangan Umum Penderita
Nama :
I. S
Umur :
72 Th
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Agama :
Islam
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat : Lamper Lor Semarang Selatan, Kodia Semarang.
B. Segi
Fisioterapi
1.
Anamesis
( Auto)
a)
Keluhan Utama :
Adanya
Sesak nafas, Batuk dengan dahak yang sulit dikeluarkan
b)
Tempat keluhan : Pada
dada pasien
c)
Waktu/Onset :
Malam hari dan cuaca dingin
d)
Penyebab keluhan : Tidak jelas
penyebabnya, tp saat masih bekerja
pasien sering mengendarai sepeda
motor.
e)
Faktor yang memperberat atau memperingan keluhan :
Faktor yang memperberat, saat pasien melakukan aktivitas
yang berat seperti mengangkat barang,cuaca dingin, dan jalan jauh.
Faktor yang memperingan, saat diistirahatkan pasien merasakan
nyaman.
f)
Riwayat pengobatan :
± 3 Tahun yang
lalu pasien periksa di dokter spesialis penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi dengan
keluhan sesak napas dan batuk-batuk, disana diberikan obat-obatan inhalasi saat
itu pasien mengkonsumsi obat selama 1 minggu,batuk hilang sementara setelah itu
kambuh lagi saat ini pasien kontrol rutin tiap 6 bulan sekali. Pasien menjalani
Fisioterapi ± 1 tahun yang lalu sampai saat ini pasien sudah merasakan ada
perubahan dari sesak dan batuk sudah mulai berkurang.
2.
Pemeriksaan Fisik
a)
Tanda-Tanda Vital :
1.Tekanan
darah : 100/ 60 mmHg
2.Denyut
nadi : 72 x / menit
3.Pernapasan
: 22 x / menit
b)
Inspeksi :
Statis : wajah pasien sedikit pucat, pasien tampak tenang, Postur sedikit kyposis.
Dynamis : pola
napas abdominal, Saat berjalan pasien terlihat sedkit khyposis, base tungkai
lebar
c)
Palpasi :
(1)
Suhu pada dada dan punggung sama dengan suhu daerah
lainnya.
(2)
Spasme pada otot pembantu pernafasan , terutama
Upper trapezius, sternocleidomastoideus dan pectoralis
mayor dan minor
d)
Auskultasi :
(1)
wheezing
(+)
(2)
Ronchi (+) ( paru kiri,lobus bawah,segmen
lateral )
e)
Gerakan Dasar :
(1) Gerak
Aktif :
Pasien mampu melakukan gerakan
respiratif yaitut inspirasi dan ekspirasi.
Rongga dada pasien mampu mengembang
dan mengempis saat bernafas, namun kurang maksimal karena sesak nafas dan
adanya spasme otot bantu pernafasan.
(2) Gerak
Pasif : Tidak dilakukan
(3) Gerak
Isometrik Melawan Tahanan : Tidak dilakukan
3.
Pemeriksaan Spesifik (Ft D)
a)
Antropometri Sangkar Thorax
Titik
pengukuran
|
Inspirasi
|
Exspirasi
|
selisih
|
Axilla
|
77 cm
|
76 cm
|
1 cm
|
Costa 4-5
|
75 cm
|
73 cm
|
2 cm
|
xyphoideus
|
70 cm
|
68 cm
|
2 cm
|
b)
Spirometri
Parameter
|
Measured
|
Pre # 1
|
% Pred
|
FVC
|
1.76
|
2.86
|
62
|
FEV1
|
1.48
|
2.19
|
68
|
FEV1/FVC
|
84.1
|
7.3
|
131
|
c)
Skala Borg nilai 3 (sedang)
Sesak Nafas
|
Keterangan
|
0
0,5
1
2
3
4
5
6
7
8
|
Tidak ada
sangat sangat ringan
Sangat ringan
Ringan
Sedang
Sedikit berat
Berat
Sangat berat
Sangat-sangat berat
maksimal
|
d)
Auskultasi
(1) Wheezing
(+)
(2) Ronchi
(+), (Paru Kiri Lobus bawah segmen lateral Basal)
e)
Pola pernapasan : Pernapasan Diafragma
4.
Diagnosis Fisioterapi
a)
Impairment :
(1)
Adanya keluhan sesak
nafas
(2)
Adanya batuk
disertai dahak sulit keluar
(3)
Adanya spasme otot
pernapasan
(4)
Penurunan Expansi
Thorak
b)
Fungsional limitation :
(5)
Toleransi aktivitas fungsional menurun karena pasien mengalami
sesak nafas
5.
Program / Rencana Fisioterapi
a)
Tujuan Fisioterapi
(1)
Jangka pendek :
Mengurangi sesak nafas
Membantu
mengeluarkan sputum
Mengurangi
spasme otot bantu pernpasan
Meningkatkan
ekspansi sangkar thorak
Membantu
mengeluarkan sputum
(2)
Jangka panjang :
Melanjutkan
program jangka pendek
Meningkatkan
aktivitas fungsional
b)
Modalitas Fisioterapi
(1)
Teknologi alternatif
a. IR
b. Breathing exercise
c. Postural drainage
d. Tapotement
e. Batuk efektif
f.
Mobilisasi sangkar thorak
(2)
Modalitas terpilih :
a.
Infra Red.
Tujuan penyinaran untuk mendapatkan relaksasi lokal pada
daerah dada dan punggung juga untuk memperbaiki sirkulasi darah (fasodilatasi
pmbuluh darah).
b.
Breathing Exercise.
Latihan ini bertujuan untuk memperbaiki ventilasi udara,
melatih pernafasan diafragma, memelihara elastisitas jaringan paru-paru dan
menjaga expansi thorax.
c.
Postural
Drinage
Merupakan suatu teknik untuk mengalirkan sekresi dari
berbagai segmen menuju saluran nafas yang lebih besar, dengan menggunakan pengaruh
gravitasi dan pengaruh posisi pasien yang sesuai dengan letak
sputumnya. Sebelum dilakukan PD memperbanyak minum dahulu, ± 1 jam sebelum
dilakukan PD.
d.
Tapotement
Tujuannya untuk memindahkan sputum ke cabang bronkus
utama yang kemudian pasien disuruh untuk batuk.
e.
Batuk
efektif
Batuk merupakan suatu gerakan reflek untuk mengeluarkan
benda asing atau sputum dari dalam saluran pernafasan
f.
Terapi
latihan (Mobilisasi sangkar Thorak)
Latihan ini meliputi gerakan-gerakan pada trunk dan
anggota gerak atas,dapat dilakukan bersamaan
dengan breathing exercise. Sehingga otot-otot pernafasan dan
otot bantunya yang mengalami ketegangan akan menjadi rilex
(3)
Edukasi :
1)
Pasien di anjurkan melanjutkan latihan nafas sendiri di
rumah,
2)
Istirahat jika terjadi keluhan sesak nafas / nyeri dada
saat sedang aktifitas,
3)
Pakai jaket bila udara dingin,
4)
Meminum air putih banyak dan hangat,
5)
menghindari asap rokok dan polusi,
6)
pasien diminta untuk menjaga kebersihan lingkungan.
(4)
Rencana Evaluasi :
1)
Expansi Sangkar Thorax Dengan Antopometri
2)
Derajat Sesak Nafas Dengan Skala Borg
3)
Uji Faal Paru Dengan Spirometri
4)
Auskultasi dengan Stethoscope
C. Pelaksanaan Fisioterapi :
1)
Infra Merah
Persiapan
Alat : Siapkan
alat kemudian cek keadaan lampu,
cek kabel, ada yang terkelupas atau tidak.
Persiapan Pasien : Posisikan pasien
senyaman mungkin, bebaskan area yang akan diterapi dari kain atau pakaian,
sebelum diterapi kulit harus kering dan dilakukan tes sensibilitas terlebih
dahulu serta berikan informasi yang jelas tentang tujuan terapi mengenai apa
yang akan dirasakan dan apa yang tidak boleh dilakukan selama terapi.
Pelaksanaan :
Alat diatur sedemikian rupa, sehingga lampu sinar infra merah dapat menjangkau
daerah dada dan punggung dengan jarak 30-45 cm. Posisi lampu sinar infra merah
tegak lurus daerah yang akan diterapi. Setelah semuanya siap alat dihidupkan,
kemudian atur waktu 10- 15 menit. Selama proses terapi berlangsung fisioterapi
harus mengontrol rasa hangat yang diterima pasien, jika selama pengobatan rasa
nyeri, pusing, ketegangan otot meningkat. Dosis harus
dikurangi dengan menurunkan intensitasnya, dengan sedikit menjauhkan sinar
infra merah. Hal ini berkaitan dengan adanya over dosis. Setelah proses terapi
selesai matikan alat dan alat dirapikan seperti semula.
2)
Breathing Excercise
Persiapan Pasien : pasien rileks, pasien duduk ditepi Bed
Pelaksanaan : Pasien diinstruksikan
untuk menarik nafas panjang melalui
hidung dan mengeluarkannya secara pelan- pelan melalui mulut pengulangan 2-5
kali.
3)
Postural Drinage dan Tapotemen
Persiapan Alat : Bantal
Persiapan Pasien : Pasien pada
posisi gravitasi untuk memudahkan pengeluaran sekret yaitu miring kekanan
sedikit diganjal bantal bagian samping perut.
Pelaksanaan : Terapis melakukan
tapotement pada daerah lateral costa kiri pasien dengan posisi tangan membentuk
arcus gerakan fleksi ekstensi. Latihan dihentikan bila ada keluhan dari pasien
seperti nyeri dada dan jantung berdebar.
4)
Mobilisasi
Sangkat Torak
Persiapan Pasien : Pasien tidur
telentang
Pelaksanaan : Pasien diberi
contoh oleh
Terapis kemudian disuruh untuk mengulanginya, pasin
disuruh ambil nafas panjang melalui hidung bersamaan dengan itu pasien
menggerakkan kedua lengannya keatas, kemudian disuruh
untuk menghembuskannya secara pelan-pelan melalui mulut sambil kedua tangannya diturunkan. Ulangi 1-8 kali.
5)
Batuk
Efektif
Persiapan Pasien : Posisi pasien duduk ditepi bed
Pelaksanaan : Tarik nafas pelan & dalam dengan pernafasan diafragma, Tahan nafas 2
detik atau hitung sampai 2 hitungan Batukkan 2 kali dengan mulut sedikit
terbuka. Batuk pertama akan melepaskan
secret atau mucus dari tempatnya
dan batuk kedua akan mendorong keluar mucus tersebut. Batuk yang efektif adalah
yang bersuara “hollow “. Sebagian penderita harus didorong untuk berani
batuk. Sugesti dapat diberikan dengan
cara terapis batuk mendahului penderita.
D.
EVALUASI
1.
Expansi Sangkar Thorax Dengan Antopometri
Titik
pengukuran
|
Inspirasi
|
Exspirasi
|
selisih
|
Axilla
|
78 cm
|
76 cm
|
2 cm
|
Costa 4-5
|
76 cm
|
73 cm
|
3 cm
|
xyphoideus
|
71 cm
|
68 cm
|
3 cm
|
2.
Derajat Sesak Nafas Dengan Skala Borg
Sesak Nafas
|
Keterangan
|
0
0,5
1
2
3
4
5
6
7
8
|
Tidak ada
sangat sangat ringan
Sangat ringan
Ringan
Sedang
Sedikit berat
Berat
Sangat berat
Sangat-sangat berat
maksimal
|
3.
Uji Faal Paru Dengan Spirometri ( Tidak dilakukan )
4.
Auskultasi dengan Stethoscope ( Bunyi Ronchi berkurang )
E.
HASIL TERAPI SESAAT :
1. Sesak
nafas sedikit bertambah
2. Sputum
sudah dapat dikeluarkan
3. Spasme
otot pernafasan sudah agak berkurang dan pasien merasa nyaman dari keadaan
sebelumnya
4. Peningkatan
ekspansi sangkar thorax yang di dukung dengan mobilisasi sangkar thorak
BAB III
PENUTUP
A. PEMBAHASAN
PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis)
didefinisikan sebagai penyakit yang dikarakterisir oleh adanya obstruksi
saluran pernafasan yang tidak reversibel sepenuhnya. Sumbatan aliran udara ini
umumnya bersifat progresif dan berkaitan dengan respon inflamasi abnormal paru-paru terhadap partikel atau gas yang
berbahaya.
Dari proses pelaksanaan fisioterapi
bahwa dalam mengurangi spasme, mengeluarkan sputum dan menmbah ekspansi sangkar
Thorak dapat dilakukan dengan :
1.
Infra
Merah, Mekanisme, Infra Merah menghasilkan Efek thermal kemudian terjadi vasodilatasi pembuluh darah maka akan membuat
rileksasi otot² bantu pernafasan menjadi baik dan sesak nafas berkurang
2.
Postural Drinage, Tapotement, Breathing Exercise,Batuk
efektip, Latihan Mobilisasi Sangkar Thorak.
Adanya
sputum dalam saluran pernafasan yang sulit keluar dan penurunan ekspansi
sangkar thoraxs, dengan postural drinage
maka akan mengalirkan sekresi dari berbagai segmen menuju saluaran nafas yang
lebih besar kemudian lakukan tapotement untuk memindahkan sputum ke bronkus utama setelah itu berikan breathing excercise dan pasien disuruh
batuk untuk mengeluarkan benda asing atau sputum
dalam saluran nafas dan instruksikan kepada pasien untuk mengerakan anggota
gerak atas kombinasikan dengan Breathing excercise maka ekspansi sangkar thorax
akan bertambah.
B. KESIMPULAN
Untuk kesimpulan pasien atas nama I.S
umur 72 tahun drngan diagnose PPOK dengan keluhan sesak dan batuk dengan dahak
sulit dikeluarkan mempunyai beberapa permasalahan antara lain adanya sesak
nafas, dahak yang sulit keluar, adanya spasme pada otot bantu pernafasan dan
dan penurunan ekspansi sangkar thorak yang akhirnya menggangu aktivitas
fungsional sehari- hari. Infra Merah, Breathing Exercise, Postural drainage,
Tapotement, batuk efektif dan mobilisasi sangkar thorak mempunyai peran penting
dalam mengatasi permasalahan fisioterapi tersebut.
C.
SARAN
1.
Fisioterapi
a)
Harus
memahami dan mengerti tentang fisiologi pernapasan, sehingga mendapatkan hasil
yang maximal dalam pemeriksaan dan pengobatan
b)
Dalam
memberikan latihan sebaiknya dilakukan scara bertahap sesuai dengan toleransi
pasien.
c)
Menambah
pengetahuan agar dapat mengikuti perkembangan fisioterapi dan mempunyai pola
fikir yang baik dalam melaksanakan peran dan fungsinya.
2.
Pasien
a)
Hendaknya
pasien mau bekerja sama dengan terapis yaitu mau menghindari hal-hal yang dapat
memperparah kondisi.
b)
Apabila
dalam melakukan aktivitas merasa sesak nafas maka pasien segera untuk
istirahat.
c)
Hendaknya
pasien menghindari asap rokok atau merokok dan debu yang dapat menimbulkan
sesak.
3.
Keluarga
a)
Menyarankan
agar selalu memberikan dukungan mental kepada penderita, sehingga penderita
mempunyai semangat dalam melakukan latihan dan pengobatan.
b)
Menganjurkan
untuk menjaga kebersihan lingkungan setempat dari polusi
c)
Keluarga
sebaiknya mengawasi semua aktivitas pasien agar tidak terjadi sesak nafas saat
beraktivitas.
4.
Masyarakat
a)
Menyarankan
kepada masyarakat untuk segera mungkin berobat jika terjadi keluhan seperti
masalah diatas.
b)
Menyarankan
kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan dan tidak menimbulkan polusi udara.
DAFTAR PUSTAKA
Global Initiative for Chronic
Obstructive Lung Disease (GOLD). 2005. Pocket Guide
to COPD Diagnosis, Management, and Prevention. Dari http//www.goldcopd.org. diambil juli 2012.
Smeltzer, Suzanne C. (2001) Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,
alih bahasa: Agung Waluyo (et. al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta: EGC
WHO.2006,COPD : Diagnosis and Classification
of severity, diambil dari http://www.who.int/entity/respiratory/copd/en.
tanggal 11 Juli 2012
sangat membantu buat melatih paru2
BalasHapus